Warteg “enggak” ada matinya!
Begitu judul email Kabar Kompas hari Sabtu, 18 Juli 2020. Selain warteg, paling
tidak ada satu lagi hal yang tidak ada matinya, yaitu barang bekas. Bahkan,
barang bekas atau barang loak sekarang sudah punya istilah “jaman now” yaitu preloved.
Preloved shopping adalah suatu istilah yang diberikan untuk menggantikan definisi
barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Jika dibandingkan dengan istilah
“barang bekas” atau “barang loak”, istilah preloved jauh lebih
bergengsi dan terdengar enak di telinga seperti ditulis oleh Fitriana
Monica Sari pada laman Liputan6.com.
Jual beli barang bekas (alias preloved shopping)
sebenarnya sudah menjadi hal yang biasa sejak dulu. Namun, metode jual-beli ini baru populer sejak tahun
2015 yang lalu, ketika aktivitas belanja online semakin
meroket. Efektivitas online shop menguntungkan baik itu bagi pemilik yang
bisa jadi sekaligus penjual barang prevoled serta calon pembeli.
Meskipun berstatus
sebagai barang bekas, tetapi harga jual barang preloved masih
cukup tinggi. Apalagi barang tersebut berasal dari merek ternama dan masih
dalam kondisi bagus. Bisnis di bidang ini semakin hari tidak bisa dipandang
sebelah mata saja. Ternyata, dari waktu ke waktu, bisnis preloved (dan garage sale) semakin diminati dan banyak diburu oleh
konsumen. Artinya, jelas bisnis yang satu ini cukup menjanjikan.
Sisi Penjual
Walaupun cukup menjanjikan, paling tidak ada tiga hal
yang perlu diperhatikan jika kita adalah penjual atau berminat menjual barang preloved.
Seperti ditulis oleh Gina dalam laman Idntimes.com, tiga hal tersebut adalah
perlu mencari tahu dulu harga pasarannya, tampilkan foto atau gambar yang
menarik dan menjadi penjual yang jujur
Untuk hal pertama dari rekomendasi tersebut sudah
jelas penting karena jika kita menjualnya kemahalan dari harga pasaran, maka
probabilitas barang kita dibeli semakin kecil. Hal kedua, foto dan gambar yang
menarik ini menjadi penting karena kesan pertama dari calon pembeli barang
adalah gambar yang dilihat.
Hal terakhir namun yang terpenting dari sisi penjual
adalah kejujuran. Harga yang jujur dan gambar atau foto yang jujur adalah
investasi jangka panjang. Kepercayaan customer semakin terbangun jika
ada kejujuran ditambah dengan harga serta foto yang menarik. Selain itu,
pertanggungjawabannya bukan hanya pada calon pembeli tetapi kepada Allah, Sang
Pemberi Berkat.
Sisi Pembeli
Selain dari sisi penjual atau calon penjual, seperti
ditulis oleh Fitriana, dari sisi calon pembeli barang preloved juga menguntukan
paling tidak karena dua faktor, yaitu
1. Menunjang Penampilan Seseorang
Memiliki mobil, rumah, apartemen, dan tabungan senilai ratusan juta saat
ini dianggap biasa saja. Untuk meningkatkan gengsi, seseorang mulai beralih ke
barang penunjang penampilan (high-end fashion) yang memiliki harga
fantastis, seperti pakaian, tas, sepatu, dan jam tangan.
Meskipun berstatus sebagai “barang bekas”, namun barang high-end
fashion semakin diminati khususnya untuk kalangan menengah ke bawah
yang selalu ingin tampil trendi tetapi bujet terbatas. Barang high-end
fashion ini juga dianggap dapat membuat kece penampilan seseorang yang
mengenakannya.
2. Diburu karena Bisa Menghemat Pengeluaran
Seperti yang kita tahu, barang preloved atau bekas
memiliki harga jual yang relatif rendah jika dibandingkan dengan harga barang
baru. Hal ini dijadikan ajang “aji mumpung” bagi orang yang ingin tampil
berkelas setiap saat.
Cara ini dianggap dapat memangkas pengeluaran yang harusnya dibelanjakan
untuk membeli kebutuhan barang-barang mewah. Tidak tanggung-tanggung,
pengeluaran yang dapat dipangkas bisa mencapai 70 persen dari yang seharusnya. Jadi wajar bila penjualan barang preloved dan garage
sale selalu dinanti-nanti oleh kalangan fashionista.
Comments
Post a Comment