Berdasarkan data di
situs darareportal.com, per Januari 2020, terdapat 160 juta penduduk Indonesia
yang menggunakan media sosial. Berdasarkan
hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada 2020 sebanyak
269,6 juta jiwa. Jadi, persentase
penduduk Indonesia yang menggunakan media sosial hampir mencapai 60%.
Berdasarkan data di
situs datareportal.com juga, per Januari 2020, penduduk Indoenesia yang
memiliki handphone, menggunakannya 96% untuk aplikasi chat (messengers).
Persentase ini sama dengan persentase penggunakan aplikasi social networking.
Persentase penggunakan aplikasi chat dan social networking ini
merupakan persentase tertinggi dalam kategori penggunanaan aplikasi di handphone.
Beberapa data ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia sudah familiar dengan media
sosial. Media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan interaksi di dalam
kehidupan sosial penduduk Indonesia. Hal ini tentu secara otomatis mempengaruhi
bagian kehidupan lainnya, seperti ekonomi, politik, maupun relasi antar
individu.
Relasi antar individu
termasuk relasi hubungan antar lawan jenis memiliki gaya yang berbeda karena
berkembangnya media sosial. Kita bisa berinteraksi dengan orang-orang yang
sudah lama kita tidak temui seperti teman-teman sekolah. Namun, kita juga sudah
banyak mendengar bahwa ada banyak kasus kejahatan karena berawal dari interaksi
di media sosial. Termasuk dalam hal ini kasus kejahatan yang berlatar belakang
cinta.
Situasi kehidupan bermedia sosial penduduk Indonesia saat ini membuat kita bisa menyadari beberapa hal.
1, Penggunaan media sosial punya tujuan dan gaya bahasa yang berbeda.
Setiap orang memiliki tujuan dan gaya masing-masing dalam “berselancar” di media sosial. Ada yang bermedia sosial murni untuk membangun kembali relasi yang sudah lama renggang antar anggota keluarga, antar teman-teman lama, atau antar rekan kerja. Ada juga yang menggunakan media sosial untuk tujuan bisnisnya, atau tujuan mencari jodoh atau juga membagikan positive vibes sesuai dengan cara pandangnya. Namun, tidak sedikit yang menggunakan media sosial untuk menjatuhkan orang lain, marah-marah ataupun sekedar curhat masalah. Ada yang menggunakannya untuk mencari perhatian atau belas kasihan orang. Bervariasi tujuannya.
Tujuan itu, akhirnya juga mempengaruhi bahasa yang digunakan. Ada yang menggunakan bahasa yang sangat sejuk hingga bahasa yang sangat sarkastik atau gambar-gambar yang terlalu vulgar dan membuat banyak orang tidak simpati.
2. Penggunaan media sosial tidak bisa dilepaskan dari bagaimana lingkungan tempat seseorang dibesarkan dan berinteraksi.
Lingkungan yang terbuka dan menerima perbedaan dalam relasi antar manusia tentu memilik tujuan dan ciri khas bahasa yang berbeda dengan lingkungan yang lebih tertutup pada perbedaan
3. Penggunaaan media sosial tidak bisa dilihat sekedar fokus untuk diri sendiri.
Namanya media sosial. Sosial secara singkatnya berarti ada interaksi antar manusia. Jadi, ada saling mempengaruhi. Lebih luas, media sosial juga mempengaruhi relasi antar warna negara. Termasuk relasi antar penduduk Indonesia yang sangat kaya dengan perbedaan.
Tigal hal di atas bisa
membuat kita bisa belajar bahwa media sosial bisa digunakan sebagai media
mengevaluasi hidup kita sendiri. Evaluasi ini baik untuk dilakukan agar media
sosial yang tentu diciptakan untuk hal yang baik, bisa digunakan dengan
bijaksana dan sesuai dengan tujuannya. Kiranya kita bisa lebih bijaksana dalam
menggunakan media sosial, hanya punya tujuan positif demi sebuah kehidupan
sosial yang berbeda namun ada cinta di dalamnya.
Comments
Post a Comment